Lobar, KBR | Akumulasi kekecewaan warga kediri terhadap macetnya layanan PDAM Giri Menang Lombok Barat akhirnya tersalurkan dengan mendatangi Kantor Pelayanan PDAM Giri Menang Gerung Rabu 30/10.
Dalam Orasinya, Korlap Aksi Achmad Sahib berteriak sekencang-kencangnya mengevaluasi kinerja jajaran Dirut yang dinilai tidak mampu menjalankan managmen dalam mengelola PDAM yaitu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para pelanggan.
Dalam kritikannya Sahib mengkritik dengan perumpamaan yaitu; "Air liur dari tenggorokan kami mengalir lebib deras ketimbang air yang dari pipa PDAM yang kerap takut, selalu hilang setiap waktu sholat tiba".
Distribusi Air bersih dari pipa PDAM selama ini kerap dikeluhkan, alasan musim kemarau tak pelak itu merupakan alasan yang klasik lantaran musim hujanpun air dari pipa PDAM juga mengalami hambatan."Ucapnya".
Kalau bicara keberadaan PDAM, justru dimusim kemarau beginilah PDAM menunjukkan eksestensinya sebagai Perusahaan Daerah yang maksimal melayani, sedangkan faktanya dari tahun ketahun isu persoalan PDAM makin melebar hingga keranah Korupsi, Kolusi hingga Nepotisme didalam menggerakkan Pelayanan pengelolaan dan konspirasi lain yang bersayap kepada kepentingan politik yang menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Sahib yang juga merupakan Ketua Forum Pelanggan PDAM disalah satu Kecamatan diLobar ini, meminta ketegasan atas ketidak becusan Dirut PDAM dan Jajarannya mengelola Perusahaan Daerah ini.
"Sebagai warga Lombok Barat, sebagai pemilik Mata Air yang lebih deras mengalir kekota Mataram, Seharusnya PDAM lebih memprioritaskan Kami warga Lombok Barat, baru menyuplai ketempat lain". Sahib yang dikenal kritis dan keras dalam penyampaian orasinya menyayangkan hal tersebut.
Selain itu, pergeseran pipa akibat gempa, juga menjadi alasan penghambat kelancaran distribusi air, ditampik olehnya lantaran persoalan ini sudah ada sejak sebelum terjadinya Gempa.
Seperti yang saya katakan tadi, jangankan musim kemarau begini, musim hujan saja masih macet. Makanya saya sebut Dirut PDAM ini tidak mampu menjalankan Managerial, tidak memahami seluk beluk tata kelola Perusahaan Daerah, dan proses terpilihnya menjadi Dirut mesti dipertanyakan, lalu ada apa lagi koq dengan Dirut ini koq dia begitu nyaman bertahan sebagai Dirut sementara kinerja pelayanannya selama ini banyak mengantongi Rapot Merah namun selalu ditutup tutupi.
Retribusi sampah maupun retribusi lain merupakan hal yang ganjil ditarik oleh PDAM, bahkan PDAM memaksa para pelanggan membayar dengan ancaman tak mau menerima atau menerbitkan bukti pembayaran apa bila pelanggan menolak membayar retribusi sampah atau retribusi lain diluar pembayaran pemakaian pelanggan.
"Ini khan pemerasan namanya, kendati ini adalah titipan dari Pemerintah Lombok Barat, sebab bukan ranah PDAM menarik retribusi sampah.
Selain retribusi sampah, ada retribusi lain yang tidak tertulis pada print out kwitansi rekening pelanggan pada saat pembayaran yang dilakukan diluar kasir kantor pusat dengan nilai cukup signifikan, dimana hingga hari jni masih bersipat misterius karena baik pemerintah maupun PDAM berusaha menutup hal ini dengan rapi.
Ini adalah temuan yang pernah terungkap, namun tak pernah digubris padahal nilainya begitu signifikan.
Aksi berlangsung lancar dan aman, kendati masa aksi membawa simbol berupa sampah dan telur busuk yang dilempar ditembok dan halaman kantor PDAM untuk mengingatkan Dirut yang konon ke Jakarta sehingga tidak bisa menemui pelanggan yang datang Aksi.
Dirut PDAM beralasan sedang ditempat, sementara masa aksi ditemui Sekretaris bidang pelayanan yang menyanggupi memberikan solusi jangka pendek sedangkan pelanggan membutuhkan solusi yang utuh sesuai kewajiban PDAM melayani pelanggan.
Masa aksi akhirnya menarik diri dan memberikan tempo 3 x 24 Jam pada PDAM untuk memperbaiki pelayanan, sesuai tuntutan. Apa bila dalam waktu yang sudah ditetapkan, maka kami akan datang dengan sikap yang berbeda dan jumlah masa yang jauh lebih beaar dibanding hari ini.Tutup Sahib.[Ach]